Senin, 21 Juli 2008

Lagi di Jakarta

Pada tanggal 19 Juli yang lalu aku pergi meninggalkan Banjarbaru menuju kota Bogor. Dikota bogor inilah istriku melanjutkan studinya S2, rasa kangen dan bahagia terus terasa, karena sudah hampir 3 bulan aku belum ketemu dengan sikecil dan tersayang istriku. Walaupun sebenarya tanggal 22 Juli istriku dan anaku akan kembali ke Banjarbaru tetapi karena aku ada tugas di Jakarta maka terpaksa tiket yang terbeli diundur kembali jadi kami bisa pulang bersama-sama.
Tanggal 21 sore saya berangkat ke Jakarta, dengan menggunakan kereta express Pakuan Bogor Jakarta. Maksud hati kita bisa jalan - jalan di Jakarta sebelum beraktifitas, tetapi ya... keretanya datang terlambat, dari jam 15.30 datang jam 8 malam...Ya begitulah Indonesia...
Di Jakarta kami menginap di daerah Mangga Besar di Hotel Permai, dan subhanallah....ternyata memang dunia ini..berbeda dengan apa yang kita lihat..
Kami rencana menghadiri Workshop pengelolaan lahan rawa di kalimantan selatan yang diselenggarakan oleh BPPT. Semoga pada hari ini kita bisa membangun pertanian rawa menjadi lebih baik...
Dan tunggu berita selanjutnya.....

Senin, 12 Mei 2008

Aku lagi di Makasar

Senin 12 Mei 2008, siang hari pukul 1 siang aku berangkat ke Makasar,lewat Surabaya karena tidak ada plane yang langsung ke Makasar. Aku ke Makasar selama 3 hari, dalam Acara koordinasi situs web untuk Badan Litbang Pertanian. dalam anganku aku kesini pasti banyak ilmu yang aku dapat, karena aku sendiri sudah mempunyai situ web pribadi walaupun pakai Blog. tapi aku bangga dengan blogku, karena pemikiranku dapat aku tuangkan..walaupun mungkin jarang orang lain melihatnya atau mengunjungi. Tidak tahu karena kurang menarik atau bagaimana karena selama aku buat belum ada orang yang mengometeri situsku. Aku tidak merasa minder atau bosan untuk menulis apa yang ada dalam benakku.
Setelah dalam setengah hari aku disini karena acara baru tadi pagi, dan aku mencoba menulis saat jam istirahat, ternyata emang aku belum ada apa-apanya masalah web site.Dan lagi-lagi aku ingin sekali mengali banyak ilmu tentang internet... semoga keinginananku terpenuhi pada acara ini...

Rabu, 23 April 2008

Alhamdulillah Internet ada di ruang-ruang kantorku

Sejak menginjakkan kakiku di Banjarbaru 5 tahun yang lalu tepatnya tanggal 25 Maret 2003, aku sangat kesulitan untuk mengakses internet.Aku harus ke warnet mondar mandir yang sewanya waktu itu cukup mahal dan jauh. Sedangkan teman-temanku di yogyakarta pengen tahu informasiku. Komunikasi yang terjalin biasanya aku lewat email, tetapi apa dayaku...
Aku harus ke warnet yang belum tentu lancar, kadang-kadang disconect (DC)..wah membuatku kesal saja.
Setelah 2 tahun aku di kantor barulah atas inisiatif bapak Dr. Muhrizal kantorku tersambung dengan internet walaupun pakai telkomnet instan. Walaupun lambat tetapi aku tiap hari bisa on line. Jaringan LAN juga terpasang, tetapi karena kecepatan lambat dan dukungan komputer masih lambat, maka jaringan itu tidak berjalan dengan baik.
Tahun lalu saya mengusulkan untuk mengganti telkomnet instan dengan Speedy..dan tahun ini tepatnya Maret 2008 sudah terrealisasi.
Dengan terbatasnya anggaran, kantor mencoba untuk mengaktifkan jaringan LAN, dan alhamdulillah sekarang 24 komputer yang ada di kantor sudah terkonek dengan internet.
memang kita harus ada kemauan untuk maju...dan maju

Selasa, 22 April 2008

Dia dan Sepeda Ontelnya

Postur tubuh dengan tinggi semampai namun tidak bisa dikatakan ideal dengan berat badannya yang sedikit kurang. Sekilas tak ada yang menarik dari sosoknya, ya…itulah kesan pertama aku bertemu dengannya.

Pagi menjelang siang yang cukup menyengat, ku lihat sosok itu kembali. Tapi kali ini berbeda, ada yang menarik darinya. Dia dan sepeda ontelnya tersenyum ramah menghapus kesan wajah letihnya, menghampiri kami yang sudah berkumpul menunggu keberangkatan ke kota lain untuk mengikuti acara training dan dia juga termasuk salah satu pesertanya.

Suasana terlihat akrab walau pun ada beberapa yang belum saling mengenal, termasuk aku dan dia. Dari obrolan itu aku pun tahu sedikit banyak tentangnya. Dia yang asli kota ini, pekerjaanya, bahkan yang cukup mengagetkanku rumahnya yang cukup jauh dari tempat ini dia tempuh dengan ontelnya. Sesuatu yang subhanallah bagi ku. Semenjak itu aku pun sering bertemu dengannya dalam satu aktifitas, mulai dari rapat hingga latihan.

Pasca training itu kami dituntut untuk mengadakan suatu acara yang mencakup satu kabupaten. Hal ini membuat kami harus sering bertemu, karena kebetulan kita sama-sama peserta satu kabupaten.

Di sela-sela kerja HP ku berdering, ada telpon rumah yang masuk. Di sebrang sana mengajak ku untuk membuat janji rapat pembentukan panitia acara itu. Akhirnya kami sepakati rapat sabtu siang jam 1 dan latihan rutin ahad jam 6 pagi, suara disebrang sana pun mengucapakn salam menutup pembicaraan. Sejenak aku berfikir dan bergumam dalam hati “mmmm…tempat rapat dan latihannya jauh juga nih, pinjam motor siapa ya?”.

Keterbatasan inilah kadang selalu menghalangi aku untuk beraktifitas dan dijadikan alasan untuk tidak hadir dalam suatu acara. Aku sering mengeluhkan “iya nih kl di Yogya susah mobile waktunya habis di jalan dan kalau udah ba’da maghrib gak ada lagi bis, enaknya kalau punya motor”.

Hari sabtu pun tiba, hari ini jam 1 siang saya ada rapat. Tapi ada pekerjaan kantor yang harus aku selesaikan terlebih dahulu padahal jam menunjukkan pukul 1 dan akhirnya aku meng sms dia untuk memberitahukan kalau saya terlambat. Sms pun berbalas “ aku sudah sampe tapi karena belum ada orang aku ke tempat tmenku dulu tapi sekarang udah mau ke sana lagi”.

Setelah pekerjaan selesai akupun segera meluncur ke lokasi rapat kami menggunakan bis. Akhirnya rapat pun kita mulai dengan orang seadanya. Di pertengahan rapat berjalan dia pun meminta izin untuk kerja karena kebetulan dia dapat shif sore. Aku pun bertanya “masuk jam berapa?” Dia menjawab “jam 4 jadi jam 3 aku harus izin”. Jawaban itu menimbulkan pertanyaan dari ku. Sekali lagi aq melontarkan pertanyaan kepadanya “ emang kerja Mbak di mana? Wah jawaban yang membuat aku terheran-heran, ya..aku tahu tempat yang cukup jauh dan dia bilang dengan santainya “satu jam menggunakan ontel menuju tempat kerja ku”.

Lagi-lagi aku terperanjak heran, “Subhanallah Beliau adalah sosok yang tangguh, sederhana dan bersahaja dengan berkendaraan ontel yang aku tahu butuh waktu dan tenaga ekstra untuk sekedar menghadiri rapat yang hanya efektif 1, 5 jam ini dengan tepat waktu.

Rapat pun selesai kita akhiri dengan sholat ashar berjamaah, karena selepas ini kita ada acara masing-masing yang intinya acara sama namun di bedakan berdasarkan kecamatan masing-masing sehingga waktunya sama namun tempatnya berbeda.

Akhirnya kami pulang, namun karena lokasi rapat yang cukup pinggiran dan hanya di lalui beberapa jalur bis, akhirnya aku dan kedua temanku pulang dengan bis yang sama. Awalnya kita sempat membicarakan tujuan masing-masing yang kebetulan aku tidak tahu tempat acara yang akan aku tuju, aku pun dikasih tahu naik bis apa dan turun di mana untuk sampai ke lokasi itu. Tapi, akhirnya setelah aku menimbang-nimbang dan berfikir sejenak aku mengatakan untuk membatalkan ikut acara itu dengan alasan selesainya maghrib dan sudah tidak ada bis lagi.

Alhamdulillah Ahad pagi aku berhasil mendapat pinjaman motor sehingga bisa berangkat latihan outbond persiapan acara itu. Aku pun menjemput temanku yang kebetulan rumahnya aku lewati menuju ke lokasi latihan. Wah lokasi yang cukup jauh ku tempuh dengan waktu 40 menit dengan kecepatan rata-rata 70 km/jam.

Sesampainya di sana hanya beberapa orang yang sudah datang, akhirnya sambil menungu kami bermain-main menggunakan fasilitas-fasilitas permainan di SD alam ini. Di sela-sela keasikan kita bermain terlihat sesosok wanita berjilbab dengan ontelnya menuju ke arah kami, ya…dia sang militan itu.

Awalnya aku tak mengira kalau semua aktifitasnya dilalui bersama ontelnya ke mana pun dia pergi, ke tempat sejauh ini pun. Tapi kini aku tahu dia adalah sesosok wanita yang tangguh, gesit, lincah dan sederhana yang sangat jarang aku temui saat ini, apalagi dikalangan teman-temanku yang mayoritas adalah mahasiswa yang berasal dari berbagai pelosok Indonesia.

Dengan penuh kesahajaannya dan semangatnya membuat aku malu. Teringat masa-masa dulu waktu aku masih di bangku kuliah.

Acara kampus yang berjibun menuntut kita untuk selalu siap mobile. Kadang kala aku selalu sibuk dengan diri ku sendiri ketika panggilan tiba. Mulai dari menghubungi temen satu aktifitas untuk cari tebengan hinga meminjam motor sering aku lakukan ketika aktifitas itu tidak bisa aku tempuh dengan jalan kaki. Tak jarang ketika usaha ku tak membuahkan hasil ku batalkan ikut acara itu. Bahkan aku masih ingat betapa manjanya aku dulu ketika untuk ke acara rutin mingguan pun aku selalu meminta jemput teman-temanku (untung semuanya selalu setia..he..he.. jadi kangen nih).

Sosok itu memberiku kekuatan untuk selalu berusaha melakukan segala hal dengan ke ikhlasan dan apa adanya. Menggunakan semua potensi yang ada pada diri ku tanpa harus mengeluh dan beralasan karena keterbatasan-keterbatasan yang ada. Apalagi organisasi yang aku ikuti menuntut kita semua selalu siap dan mampu.

Buat si Dia yang selalu siap kapan dan di mana pun, semoga selalu menularkan ini semua kepada diri ku dan teman-teman yang lain. Ontelmu kan menjadi saksi kelak di hadapan-Nya atas semua aktifitas dan perjuanganmu dalam mencari RidhoNya.

Semangat…….Allahu Akbar!

Keberkahan Orang Tua

Seorang sahabat suatu malam bertamu ke rumah. Dari wajahnya yang nampak lelah dan kusut, kelihatan sekali dia berada dalam keadaan sulit. Selang berbasa basi dan membahas banyak hal, akhirnya dia utarakan juga masalah yang sebenarnya sedang dihadapi.

Dia membuka curhatnya dengan keluhan mengenai keadaan ekonominya yang semakin memburuk dan isterinya yang sekarang sakit-sakitan sehingga mengakibatkan keadaan rumah tangga mereka berada dalam masalah serius.

Kalau saya boleh menganalisa, kemunduran ekonomi keluarga kami justru terjadi tak lama setelah ibu meninggal dunia, katanya seolah menegaskan. Sewaktu kami masih merawat ibu, rasanya semua usaha yang saya lakukan mudah dan menghasilkan rejeki yang lumayan. Kakak dan saudara-saudara rajin bertandang, sehingga hubungan kami hangat dan mesra dengan mereka. Intinya, keberadaan ibu di rumah kami justru membawa berkah tersendiri, di balik perasaan repot yang kami rasakan.

Repot? Ah, begitulah selalu perasaan seorang anak apabila dihadapkan pada kewajiban mengurus dan merawat orang tua saat mereka sudah uzur. Sang anak beranggapan, bahwa kehadiran satu orang tua di tengah keluarga mereka akan menambah beban tidak saja secara ekonomi tetapi juga secara sosial. Sehingga, kebanyakan lebih memilih memberikan bantuan secara ekonomi dibanding menampung satu atap dalam keluarga mereka.

Padahal, apa yang kebanyakan kita sangka sebagai beban, justru ternyata di baliknya terdapat banyak keberkahan. Seperti cerita teman saya tadi, keberadaan orang tuanya telah membuat jalinan silaturahmi yang hangat dengan saudara dan kakak-kakaknya. Bukankan silaturahmi juga merupakan salah satu pembuka pintu rejeki?

Belum lagi kemustajaban doa orang tua. Saya yakin, tanpa dimintapun pastilah orang tua selalu mendoakan anaknya demi kebaikan dan keselamatan mereka. Apalagi bila kita merawat mereka, tentu doa-doa merupakan wujud terima kasih mereka. Belum lagi ganjaran pahala yang luar biasa karena merawat orang tua kita disaat mereka memang sangat membutuhkan.

Dari semua itu, rasanya memang tak berlebihan bila dikatakan bahwa keberadaan orang tua dalam rumah tangga kita justru merupakan keberkahan dan ladang pahala yang luar biasa bagi anak-anaknya.

Itulah mengapa kedudukan orang tua dalam pandangan Islam memang sangat tinggi. Penghormatan kepada mereka berada langsung di bawah penghormatan dan taat kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah pun tegas-tegas berfirman agar kita berlaku lemah lembut kepada mereka;

…… dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya ucapan yang mulia........ (Al-Isra’: 23-24)

Tak terasa, saya pun teringat diri saya sendiri yang telah yatim piatu. Betapa menyesalnya saya tak memanfaatkan kesempatan untuk merawat mereka disaat mereka masih ada. Setetes air mata dan sebait doa mengalun lembut dalam hati saya: “Ya Rabb, ampunilah hamba yang tak kan pernah bisa membalas semua pegorbanan dan ketulusan cinta mereka. Ampunillah dosa orang tua hamba dan terimalah amal kebaikan mereka.” Amin…